Industri Halal Nasional Harus Mampu Berdaya Saing |
YARSIPONTIANAK.COM (JAKARTA) –
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan
industri halal nasional harus mempunyai daya saing lebih, karena memiliki pasar
domestik yang luas dan peluang ekspor besar.
Hal tersebut disampaikannya pada saat menghadiri Indonesia Halal Industry Award 2022 bersama
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta pada
hari Jumat (9 Desember 2022).
“Industri halal tidak hanya
diminati oleh negara muslim semata, saat ini Brazil, Thailand, Korea Selatan,
Jepang, dan China, menjadikan halal sebagai salah satu fokus pengembangan
industrinya. Oleh karena itu, tentunya kita harus mempunyai daya saing lebih
dari mereka,” kata Menko Airlangga Hartarto.
Berdasarkan data State Global Islamic
Economic Report, lanjut Airlangga, pada 2022 Indonesia menduduki peringkat
keempat dalam State of the Global Islamic Economy (SGIE) di bawah Malaysia,
Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Peringkat tersebut lebih baik dibanding
pada 2018 yang saat itu menduduki peringkat 10. Pada laporan yang sama, lanjut
Airlangga, Indonesia adalah konsumen produk halal terbesar di dunia dan
mencakup 11,34 persen dari pengeluaran halal global.
“Untuk makanan halal, Indonesia
adalah konsumen kedua, bukan karena makannya lebih besar dari negara lain, tapi
karena jumlah penduduk kita yang relatif terbesar,” ujar Menko
Airlangga Hartarto.
Ia menyebut Indonesia adalah rumah
umat muslim terbesar dengan penduduk 229,6 juta dan pengeluaran umat muslim
mencapai Rp184 miliar pada 2020 dan diperkirakan mencapai Rp281,6 miliar pada
2025.
“Jadi ini merupakan pasar yang
besar bagi consumer
product. Tujuan yang perlu dilakukan adalah optimalisasi bonus
demografi, menggunakan beberapa produk termasuk bangga membeli produk halal
buatan negeri sendiri, meningkatkan permintaan dalam negeri, dan ekspor produk
kepada negara berbasis muslim sangat besar,” kata Menko Airlangga.
Ia menambahkan Indonesia
mengekspor 46,7 miliar dolar AS untuk produk halal makanan, fesyen, dan
kosmetik. Sedangkan untuk produk yang sama, RI mengimpor 14,5 miliar dolar AS.
Oleh karena itu di sektor halal Indonesia surplus 32,2 miliar dolar AS.
Melihat potensi tersebut
Menko Airlangga mengapresiasi langkah Kementerian Perindustrian
(Kemenperin) yang menyelenggarakan IHYA 2022 untuk memacu dan mengembangkan
industri halal dalam negeri.
“IHYA bisa menjadi bentuk
sosialisasi, edukasi, sekaligus sebagai pemicu dan pemacu industri dalam
negeri. Saya ucapkan selamat kepada seluruh penerima penghargaan,” pungkas
Menko Airlangga Hartarto. (Tim liputan)
Editor : Humas Yarsi Pontianak