Apresiasi Dokter Hewan Dalam Penanganan COVID-19

Informasi, STIKes25 Dilihat

YARSIPONTIANAK.COM
– Pandemi COVID-19 telah mengubah cara hidup
dan mempengaruhi kesehatan manusia secara signifikan. Upaya pengendalian
penyakit menjadi perhatian besar, termasuk dampaknya terhadap ketahanan pangan
dan mata pencaharian perternak di sepanjang rantai nilai pangan.

Dalam
situasi ini, dokter hewan mampu mengatasi dan menyesuaikan perannya untuk
mendukung kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan, serta menjaga kelangsungan dan
keamanan pangan asal hewan.

Pada Hari
Kedokteran Hewan Sedunia, kita memperingati pekerjaan mulia dokter hewan yang
telah menunjukkan kemampuannya beradaptasi dalam berbagai situasi. Mulai dari
dokter hewan yang bekerja mengawasi kualitas produk pangan asal hewan di pasar
atau di rumah potong hewan, hingga dokter hewan ahli kesehatan masyarakat yang
terjun dalam penanggulangan COVID-19.

“Banyak
dokter hewan yang memainkan peran penting di masa pandemi COVID-19. Ada yang
bekerja untuk percepatan pengujian sampel COVID-19 di laboratorium kesehatan
hewan, terlibat dalam pengembangan vaksin nasional, menjadi bagian Satuan Tugas
COVID-19, serta menjaga ketahanan pangan dan stabilitas produk pangan asal
hewan,” ujar FAO ECTAD COVID-19 Team Leader Farida Camallia Zenal.

“Dari
persoalan seperti keamanan dan ketahanan pangan hingga penyakit yang dapat
ditularkan antara manusia dan hewan, dokter hewan memiliki pengetahuan dan
pengalaman unik yang dapat dimanfaatkan selama pandemi global ini. Keahlian ini
mendukung pendekatan One Health, membantu mencegah pandemi di masa mendatang
dan menjaga infrastruktur kesehatan masyarakat termasuk keamanan pekerja yang
terlibat dalam produksi pangan asal hewan,” tambah Farida.

Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Ditjen PKH
Kementan) bersama FAO Emergency Center for Transboundary Animal Disease (ECTAD)
dan didanai oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) telah
bekerja bersama dokter hewan dalam penanggulangan COVID-19 di 10 provinsi di
Indonesia.

Area
keterlibatan termasuk keamanan pangan dan mata pencaharian pekerja pangan,
diagnosis laboratorium COVID-19, dan memberi nasihat tentang langkah-langkah
untuk meminimalkan risiko penularan COVID-19 dari manusia ke hewan dan
konsekuensinya.

“Dengan
pengalaman sebelumnya dalam pengendalian wabah flu burung, para dokter hewan di
empat Laboratorium Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, yaitu BBVet Maros di
Sulawesi Selatan, BBVet Wates di DI Yogyakarta, BVet Bukittinggi di Sumatera
Barat, dan BVet Subang di Jawa Barat mampu melaksanakan uji Polymerase Chain
Reaction (PCR) virus COVID-19 di wilayah kerja masing-masing. Sudah ada 75.595
sampel yang diuji hingga awal April 2021,” ujar Nasrullah, Direktur Jenderal
PKH Kementan.

Direktur
Kantor Kesehatan USAID Indonesia Pamela Foster mengatakan, Pemerintah Amerika
Serikat, melalui USAID, telah memberikan komitmen senilai lebih dari 14,5 juta
dolar untuk mendukung respons COVID-19 di Indonesia.

“Kami
gembira dapat mendukung tenaga kesehatan garis depan, termasuk dokter hewan,
dalam melawan penyakit yang bisa menyebabkan kematian ini,”ujarnya.

Dengan
dukungan dari USAID dan FAO ECTAD, Indonesia memanfaatkan keahlian Balai/Balai
Besar Veteriner (B/BVET) Kementerian Pertanian untuk menguji COVID-19 pada
sampel manusia. Keterlibatan B/BVET mempercepat dan memungkinkan dilakukannya
lebih banyak tes COVID-19 sehingga dapat menyelamatkan jiwa. Kerja sama ini
menggambarkan kekuatan pendekatan One Health untuk mencegah, mendeteksi, dan
merespons penyakit.

Kiprah
dokter hewan dalam kesehatan hewan dan masyarakat di saat pandemi COVID-19
patut mendapatkan apresiasi yang tinggi.

“Dokter hewan
adalah pekerjaan yang mulia. Mereka adalah pemain kunci dalam
mentransformasikan teori One Health menjadi aksi kolaboratif yang berfokus pada
ketahanan pangan, navigasi pandemi COVID-19, dan mencegah pandemi di masa
depan,” tambah Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Dr.
drh. M Munawaroh, M.M.

“Contoh
dokter hewan yang turut memberi kontribusi nyata dalam penanganan COVID-19
adalah Prof. Dr. Fedik A. Rantam sebagai peneliti ahli virus dan drh. Sudirman
sebagai CEO PT. Biotis Pharmaceutical yang memiliki fasilitas pembuatan vaksin
telah bekerja sama dalam mewujudkan vaksin nasional.” tutupnya.

Tentang FAO
Emergency Center for Transboundary Animal Diseases (FAO ECTAD)

FAO ECTAD
merupakan pusat darurat yang didirikan tahun 2004, untuk secara khusus membantu
negara-negara anggota FAO dalam merespon krisis penyakit kesehatan hewan lintas
wilayah.

FAO ECTAD
terus mendukung upaya pengendalian Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) dan
penyakit endemis lainnya, seperti rabies dan anthrax. Selain itu, FAO ECTAD
juga berfokus pada ancaman kesehatan global yang ‘berpindah’ ke manusia melalui
populasi hewan (zoonosis).

Humas Yarsi
Pontianak